Fenomena alam ini seringkali terjadi pada langit malam yang tiba-tiba menjadi terang benderang di belahan bumi bagian utara terutama Alaska. Fenomena ini dikenal dengan nama aurora. Aurora merupakan fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin surya). Aurora biasanya muncul dengan warna hijau, biru, merah, atau lembayung.
Pada umumnya, cahaya kutub yang sering ditemui berwarna hijau kekuningan. Hal ini dikarenakan bagian partikel yang membawa energi berbenturan dengan molekul oksigen yang hanya berjarak 20 km dari permukaan bumi. Ketika molekul nitrogen mendapat benturan partikel akan memancarkan cahaya ungu kemerahan. Nitrogen akan memancarkan cahaya biru. Sedangkan nitrogen netral akan memancarkan cahaya merah. Karena itu, orang-orang baru dapat melihat garis cahaya merah, biru, hijau, dan ungu yang berseling-seling menyelimuti angkasa. Bahkan aurora yang indah memperlihatkan bentuk yang selalu berubah, ada yang berbentuk tirai, pita, busur, dan berbagai macam bentuk lainnya. Suhu yang rendah dan langit yang cerah dapat menjadi faktor yang menyebabkan munculnya aurora.
Di bumi, aurora terjadi di daerah kutub utara dan kutub selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah utara dikenal dengan nama Aurora Borealis. Ini karena di Eropa sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora ini selalu terjadi di antara bulan September, Oktober, Maret, dan April. Sedangkan aurora yang terjadi di daerah sebelah selatan dikenal dengan nama Aurora Australis dan mempunyai sifat-sifat yang serupa. Namun kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.
Cahaya aurora yang tercipta di udara disebabkan oleh atom-atom dan molekul yang bertumbukan dengan partikel-partikel bermuatan, terutama elektron dan proton yang berasal dari matahari. Partikel-partikel tersebut terlempar dari matahari dengan kecepatan lebih dari 500 mil per detik dan terhisap medan magnet bumi di sekitar kutub utara dan selatan. Warna-warna yang dihasilkan disebabkan benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda. Bagian terpenting dari mekanisme aurora adalah angin matahari, yaitu sebuah aliran partikel yang keluar dari matahari. Angin matahari menggerakkan sejumlah besar listrik di atmosfer. Energi ini akan mempercepat partikel ke atmosfer bagian atas yang kemudian akan bertabrakkan dengan berbagai gas. Hasilnya adalah warna-warna di angkasa yang bergerak-gerak. Tekanan listrik mengeluarkan molekul gas menjadi keadaan energi yang lebih tinggi, yang mengakibatkan lepasnya foton.
Aurora merupakan fenomena yang lazim ditemui didaerah kutub. Bahaya aurora terhadap manusia sampai saat ini belum pernah dibuktikan. Akan tetapi, fenomena ini dapat mengganggu jaringan telekomunikasi. Pengaruh proton-proton yang bertumbukan dengan atom di atmosfer dapat mengganggu penerimaan radio, televisi, dan telegram. Hal ini disebabkan karena saat titik-titik di atmosfer terganggu oleh proton dari matahari, atmosfer tidak lagi menahan sinyal dan memantulkannya ke bumi. Sinyal tersebut diteruskan keluar angkasa. Akibatnya tidak ada sinyal yang diterima radio, televisi, atau telegram. Partikel yang bermuatan dalam angin matahari, magnetometer, dan ionosfer membawa aliran listrik berskala besar. Jika aliran ini berubah didekat bumi, dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar